Friday, May 10, 2019

Imajinasi

Mereka duduk berdampingan, berdua di bangku kampus yang biasa mereka tempati. Entah takdir apa yang membawa mereka hingga sekarang, hanya berdiam dalam keheningan penuh arti. Tidak ada yang berbicara, tidak ada yang bersuara, tapi dalam diam yang menghanyutkan itu secara kasat mata banyak kata yang terlontar.

Suara gemuruh yang memenuhi dada seakan cukup untuk menghapus heningnya. Namun mata yang bergerak liar sudah cukup untuk menunjukkan kerinduan hatinya. Dia tetap diam, diam, dan diam.

Fokus matanya teralih saat si gadis mengusiknya. Gadis itu menelungkup lalu menatapnya dalam tumpukan tangan kecil itu. Apa? Apa yang dia pikirkan? Apa yang membuatnya menarik? Apa yang..?!

"Imajinasi-" Dia hanya menatap gadis itu. Bibirnya mencoba berkata, yang ia harap itu adalah kata yang tepat.

"Apa?"

"Imajinasi-" Gadis itu mengulanginya lagi. Kali ini kepalan tangan kecilnya menyentuh lengan kekar yang selalu ia harapkan untuk melindunginya.

"Kau bilang imajinasi-?" Dia tidak bisa menahan senyumnya. Semakin terkembang saat tangan kecil itu bertubi-tubi memukul lengannya.

"Ya, imajinasi."

"Maafkan aku." Jawabnya penuh arti.

Salah memang, tapi dia tidak bisa menolaknya. Tidak ada hubungan diantara mereka. Tidak ada, dan tidak akan pernah ada. Dia memang lancang, tapi dia menyayanginya.


19/08/2015

No comments:

Post a Comment