Thursday, May 24, 2018

Menerima Itu Tidak Mudah

Hidup itu tentang menerima dan memberi, agak klise tapi diam-diam aku mengakuinya. Sejak kita ada di dunia saja kita sudah banyak menerima kasih sayang dari Allah dan orang tua kita. Sebaliknya, kita juga memberi kebahagiaan. Kata "menerima" bukan hanya berarti kita mendapatkan sesuatu, buat aku sendiri kata "menerima" itu juga ikhlas.


Banyak sekali keadaan di dalam hidupku yang bikin aku kadang marah sama yang memberi hidup. Ada saatnya, dititik tertentu aku akan meledak. Kalo sudah begitu bahkan nyuci piring aja sambil nangis dan ngedumel, "kok hidupku gini banget Ya Allah". Lagi, ini semua tentang menerima, ikhlas dengan keadaan yang ada sambil meyakini bahwa pelangi itu pasti ada saat hujan sudah berhenti. Ya kita anggap saja "drama nyuci piring" itu bagian dari cara curhatku ke yang memberi hidup. Aku memang masih lemah, tapi kadang bersyukur dikasih kesempatan untuk berada dititik "itu". Mungkin itu cara Allah ngasih tahu bahwa masih ada Dia yang bisa ngedengerin kamu curhat sambil cuci piring malem-malem.

Beberapa waktu yang lalu aku nemu video di youtube, judulnya "Ternyata Ini Caranya Ngobrol Sama Orang Tuli - Social Experiment", buat yang penasaran bisa klik disini. Nah kenapa aku bahas ini, ya lagi-lagi ini berhubungan dengan kata "menerima". Sedikit cerita, aku punya adek yang susah bicara. Why? Adekku ini waktu kecil mungkin baru umur 1 atau 2 tahun pernah masukin tangkai coklat payung ke telinganya *kalian anak 90an atau 2000 awal pasti tau dulu ada jajanan coklat yang bentuknya payung. Dan ya ini fatal banget, gara-gara ini adekku jadi tuli. Nggak 100% tuli, karena sometimes dia masih denger kalo ada suara kenceng banget. Ya gara-gara ini juga adekku jadi susah ngomong. 

Banyak banget usaha yang dilakukan ibuku untuk membuat adekku bisa dengar lagi atau ngomong. Orang tua mana sih yang nggak sedih dan miris kalo anaknya yang "normal", yang seharusnya dengar dan bisa ngomong kayak anak lainnya jadi nggak bisa lagi. Apalagi ini semua terjadi karena keteledoran keluarga. Hal ini memang sulit diterima, she's so smart dan energic. Waktu kecilnya dia itu lincah banget, PD kalo ketemu orang, dan sangat ramah. Tapi semakin kesini aku menemukan bahwa dia agak pemalu sekarang kalo ketemu orang, kadang suka menyendiri waktu kumpul keluarga besar. Aku rasa dia minder dan fakta ini membuatku sedih. Dia seharusnya punya kesempatan untuk menunjukkan eksistensi dirinya seperti anak-anak lain seusianya.

Balik lagi ke video social experiment diatas, sesuai dengan judulnya, disitu kita dikasih tau bagaimana orang tuli itu berkomunikasi dengan orang "normal". Buat lebih sopannya aku aku akan bilang teman tuli dan teman dengar. Dan setelah nonton video itu aku sadar bahwa sebenarnya keluargaku juga bahkan aku, tidak sepenuhnya menerima adekku dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Disitu aku sekali lagi merasa buruk untuk adekku, sebagai kakak aku kayak merasa gagal. Di video itu ditunjukin bahwa cara komunikasi paling efektif antara teman dengar dan teman tuli adalah dengan menggunakan bantuan bahasa isyarat. 

Keluargaku dulu sangat menegaskan dan percaya bahwa walau adekku tuli, dia akan tetap berbicara seperti orang normal. Tapi 1 yang tidak kami pikirkan, memahami gerakan mulut saja itu bukan hal yang mudah, dalam berbicara ada 1 faktor penting yaitu suara. Bayangkan saja kalo kita nonton film, tanpa suara, tanpa subtitle. Apa kita bisa mengerti apa yang diobrolkan para pemain di film itu hanya dengan melihat gerakan mulutnya? Jawabannya mungkin bisa, tapi pasti tidak semua kita mengerti. Beberapa kata bahkan memiliki susunan huruf konsonan dan cara pengucapan yang sama, contohnya saja kata "lapar" dan "lamar". Aku yakin sulit membedakannya dalam keadaan tidak ada suara. Ini juga yang buat aku jadi mikir dan sadar, kami yang "normal" ini terlalu egois dan mengabaikan bahwa yang butuh dimengerti disini adalah dia. Aku jadi mikir lagi, kalo seandainya dulu kami mau terbuka dengan segala wawasan, kalo dulu kami juga mau belajar, kalo dulu kami bisa menerima dia, mendukung dan membantunya lebih keras lagi. Maybe she's a lot better now.

No comments:

Post a Comment